‘Prematur Politik’ , Mengumbar Kelemahan Lawan, Melupakan Prestasi Jagoan
Stikpress – Dalam dunia politik, tidak ada kepastian hasil yang didapat, semua tampak bias sampai sebuah kebijakan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bahkan keputusan yang sudah diambil pun masih bisa keliru atau pun diluar ekspetasi.
Ada sebuah fenomena lama yang tampak baru jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2018, bagaimana telah lahir banyak orang secara prematur untuk membahas politik.
Hal ini pun terjadi di setiap daerah yang melaksanakan Pilkada di tahun ini, tak terkecuali Sumatera Utara, setahun atau lebih, sebelum diadakannya pemilihan kepala daerah, hiruk pikuk, kebisingan meributkan siapa yang bakal naik, sampai dengan siapa yang memiliki potensi kemenangan paling tinggi telah terjadi, hingga mengalahkan issu naiknya harga cabai dan langkanya ikan tongkol (tuna) di pasar-pasar tradisional.
Dalam ilmu kedokteran kelahiran prematur ialah kelahiran seorang bayi sebelum waktunya yakni 9 bulan 10 hari , hal ini membuat bayi harus ditangani secara khusus. Berbeda dengan fenomena yang akan dibahas kali ini, Kelahiran orang –orang yang tiba-tiba merasa sangat paham dengan politik, ‘entah’ karena fanatisme terhadap jagoannya yang ikut mencalonkan diri atau sifat aktualisasi diri kepada rekan-rekan Se- komunitas.
Prematur politik ini pun kini menjelang 5 bulan Pilkada telah masuk ke sendi-sendi relawan bahkan menduduki jabatan penting, (sala –satu gejala bencana politik berujung konflik).
Sebelum melanjutkan tulisan ini, tulisan ini saya muat karena kegerahan melihat para oknum relawan-relawan pasangan calon Gubenur di Sumatera Utara, mulai mengumbar kelemahan pasangan calon lainya dari media online yang tidak sama sekali memiliki kredibilitas hingga menimbulkan kegaduhan di kolom komentar.
Jika saja Ia bisa sedikit waras, Ia bisa memilih menyebarkan berita mengenai prestasi jagoannya , karena dia mungkin tahu atau pun tidak tahu, ada budget yang lemayan tinggi dikeluarkan oleh pasangan calon untuk media sebagai iklan saat memulai pencitraan jelang kampanye.
Prematur Politik ini mulai menjelma sebagai tim sukses yang mulai menggerogoti jagad dunia maya dengan isu agama, status sosial, latar belakang paslon sampai tingkat kerapatan kumis dan rambut menjadi perdebatan yang tak ada ujungnya.
Bahkan terkadang tulisan pada kolom statusnya “ mengalahi dan melangkahi “ para pakar politik, walaupun tanpa data dan fakta sering sekali mereka merasah ‘sang mahir politik’ dengan tulisannya di kolom status.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi para ketua-ketua tim sukses untuk mengakomodir para relawan dan selektif dalam memilih para relawan yang akan menduduki jabatan penting guna menghindari konflik horizontal .
Tidak tahu mengapa, saya lebih senang melihat tim sukses sibuk tak karuan mensosialisasikan janji-janji jagoannya, ketimbang mengumbar kelemahan lawan jagoannya.
Tapi lebih jijik lagi jika terdapat oknum tim sukses yang sibuk mengumbar asumsi didampingi dengan media yang entah dimana kantor dan sruktur redaksinya yang bertujuan untuk melemahkan pasangan calon kepala daerah lainnya. (Fadli)