ARIS YANTO TRAVELING DEMI VOLCANOES

Berbekal dari keahlian fotografi dan pendakian, Aris Yanto  menjadi salah satu fotografer yang mengambil sudut pandang berbeda dari fotografer lainnya. Identik yang menjadi spesifikasi  gunung berapi di Indonesia dan di negara lain di dunia.

 

“Meski saya tidak mendapatkan penghasilan dari karya fotografi sepenuhnya, tetapi pemaduan dua keilmuan antara fotografi dan geologi telah mengantarkan saya pada jalan bagi saya untuk fokus kepada fotografi gunung api,” ujar Aris Yanto saat mengawali pembekala calon anggota Potret di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIKP) di Jalan Sisingamangaraja, Medan, Indonesia pada 27 Oktober 2017.

 

Menjadi fixer untuk seorang fotografer profesional pada dasarnya menuntut saya untuk mampu berfikir sesuai dengan tujuan fotografer itu sendiri. Sehingga pantas saja ketika saya mampu memahami dua keilmuan dalam satu pekerjaan secara otomatis.

 

Keseriusan saya dalam mendalami karakter seorang fixer telah memenuhi kebutuhan saya untuk dapat mengikuti konsistensi saya dalam mendalami fotografi gunung api. “Hingga saat ini seluruh gunung api di Indonesia telah saya saksikan ketika bergejolak, begitu juga dengan beberapa negara yang masih di dalam rangkaian ‘Ring of Fire’ seperti Nyiragongo di Congo, Etna di Italy dan Camchatca di Rusia.

 

Hingga saat ini manajemen dari penggabungan sejumlah keilmuan itu sangat bermanfaat, namun saya sangat menyayangkan perilaku bisnis media di Indonesia yang tergolong masih terbelakang. Bagaimana tidak, jika hasil karya visual kita setelah melakukan perjalanan yang penuh pertimbangan dan skill pada akhirnya di sadur untuk kepentingan sesaat bagi media.

 

Dalam mengabadikan momen besar, Aris Yanto membekali dirinya dari berbagai gadged seperti kamera handphone dan DSLR. Disisi lain keilmuan dalam beradaptasi dengan lingkungan gunung api adalah hal yang nomor satu. “Observasi cuaca, kontur sehingga menciptakan pemetaan sebagai penentuan titik pemotretan adalah hal yang utama untuk kita tetap berkarya dengan selamat,” ujar Aris.

 

Sebagai hasil akhir dalam berkarya, Aris Yanto juga bercita-cita untuk mampu menghasilkan buku yang dia inginkan. Meski saat ini masih dimulai dengan buku gunung api secara kolektifan, namun adalah hal yang rasional untuk Aris mampu mengemas karyanya dengan buku tunggal dari konsep perpaduan dari banyak keilmuan.

 

Ketua KSF POTRET Adil Syahputra Ms mengungkapkan terimakasih yang mendalam serta apresiasi terhadap Aris Yanto atas loyalitas waktu, serta pemberian edukasi kepada Calon Anggota Potret ( Capret ) angkatan XV 2017 dan sebagai bekal tambahan juga untuk seluruh panitia KSF POTRET. Adil Syahputra juga menambahkan, semoga pembekalan ilmu pengetahuan seputar fotografi gunung api dan pembekalan tata cara survive di gunung api dapat bermaanfaat untuk kita semua yang telah sama-sama mendengarkan diskusi ini, dan semoga kiranya kita semua menjadi generasi insan fotografi yang profesional dalam berkarya dalam menjunjung tinggi kode etik jurnalis agar diri kita serta karya kita dapat dihargai, ” sama seperti apa yang diucapkan mas Aris Yanto Tadi ” harapnya⁠⁠⁠⁠

Oleh: Panyahatan Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *